Kautsar

إن كنت لا تعلم فتلك مصيبة وإن كنت تعلم فالمصيبة أعظم

Kitabul ‘Ilm – Bab Keutamaan Ilmu

Posted by Kautsar pada 25 Januari 2008

Yang diinginkan di sini adalah ilmu agama [Islam] ini.

Dan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Mujadilah : 11).

Makna ayat

“orang-orang yang berilmu di antara kalian”

Yaitu Allah mengangkat derajat orang-orang beriman di antara kalian dan mengangkat derajat orang-orang yang diberi ilmu (yang bermanfaat) sehingga orang-orang yang berilmu ini sudah masuk dalam orang-orang yang beriman di antara kalian. Karena kaum Muslimin, bisa jadi dia sampai pada tingkatan ‘alim dan bisa jadi dia dari kalangan biasa yang tidak masuk dari kalangan ulama ahlul ‘ilm.

Ini ditegaskan oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah bahwa sesungguhnya umat ini hanya terbagi menjadi dua : ‘alim dan tidak ‘alim.

Bisa jadi dia dikatakan ‘alim dari ahlul ‘ilm, itulah yang berhak berfatwa, berijtihad. Adapun orang yang tidak ‘alim, maka dia bukanlah termasuk ‘alim. Kita berdoa kepada Allah semoga kita benar-benar sebagai thalabul ‘ilmi (orang yang menuntut ilmu).

Dan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

” dan Katakanlah (Muhammad) : “wahai Rabbku. Tambahkanlah buatku ilmu.” (QS. Thaaha : 114).

Berkata as-Sa’di menafsirkan ayat ini

Adalah tatkala Rasulullah terburu-buru dalam mengambil wahyu dan tergesa-gesa untuk segera menguasainya, tatkala itu menunjukkan kecintaannya Rasulullah terhadap ilmu dan menunjukkan semangatnya beliau terhadap ilmu, maka Allah memerintahkan kepadanya untuk memohon kepada Allah tambahan ilmu karena ilmu itu adalah suatu kebaikan sementara banyaknya kebaikan merupakan sesuatu yang dicari dan kebaikan datangnya dari Allah dan jalan untuk mendapatkannya adalah dengan al-ijtihad (bersungguh-sungguh), dan kerinduan terhadap ilmu dan meminta ilmu kepada Allah dan meminta pertolongan kepada Allah (karena ilmu ini adalah milik Allah) dan merasa butuh kepada ilmu setiap saat. Dan diambil dari ayat yang mulia ini adab dalam menerima ilmu, bahwa orang yang mendengar ilmu semestinya untuk tidak tergesa-gesa dan bersabar sampai orang yang memberikan ilmu itu selesai yang ada keterkaitan makna satu dengan yang lainnya, jika mu’alim [pengajar] telah selesai dengan ilmu yang hendak disampaikan, maka silakan dia bertanya jika da pertanyaan yang ingin diajukan dan janganlah dia tergesa-gesa mengajukan pertanyaan dan memutus ucapan orang yang sedang menyampaikan ilmu karena itu merupakan sebab diharamkannya seseorang dari ilmu, demikian juga orang yang ditanya. Dan bagi orang yang bertanya semestinya ia untuk meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya dari pertanyaan orang yang bertanya dan memahami apa yang dimaksudkan dari pertanyaan itu, karena dengan teliti maka itu merupakan sebab benarnya suatu jawaban.

Wallahu a’lam.

Tinggalkan komentar