Kautsar

إن كنت لا تعلم فتلك مصيبة وإن كنت تعلم فالمصيبة أعظم

Meluruskan Kesalahan Suatu Kewajiban

Posted by Abahnya Kautsar pada 24 Oktober 2008

 

Pasal

Meluruskan Kesalahan Suatu Kewajiban

 

 Suatu yang telah diketahui bahwa Allah ta’ala telah menjaga ummat islam ini dari berkumpulnya mereka diatas kesesatan, namun Allah tidaklah menjadikan individu ummat ini ma’shum dari kesalahan, tidak itu Ash Shiddiq ataukah selain beliau.

Dan juga pada ummat Islam ini tidaklah penyuara kebatilan akan mengungguli penegak kebenaran, maka kebenaran tidak akan  sirna, jikalau sebagian ummat islam tergelincir dalam kekeliruan, maka pastilah Allah akan mendatangkan seseorang yang menegakkan kebenaran, menjelaskan kebenaran  ini yang seharusnya diikuti dan kesalahan yang mesti dijauhi.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : ” Para Nabi – ‘alaihimus salam – terjaga dari pembenaran suatu kesalahan, berbeda halnya dengan individu para ulama ataukah umara’ – penguasa-, dimana ia tidaklah ma’shum  dari kesalahan itu.Oleh karena itulah  suatu yang patut bahkan suatu kewajiban untuk menjelaskan kebenaran yang mesti diikuti, walaupun itu berarti menjelaskan pula suatu kekeliruan yang diperbuat oleh ulama ataukah penguasa ” [1]

Penjelasan seperti ini merupakan bagian dari inkarul munkar, dan juga merupakan penjagaan  syari’at dan melindungi syari’at dari keterjerumusan mengikuti kekeliruan ulama, dan tiada lain adalah nashihat bagi Allah, AlQur’an dan Rasul-Nya.

Berkata Al Hafidz Ibnu Rajab – rahimahullah – : ” Dan diantara bentuk nasihat bagi Allah ‘azza wajalla, Al Qur’an dan Rasul-Nya –yang secara khusus adalah tanggung jawab para Ulama – : Bantahan kepada setiap hawa nafsu yang menyesatkan dengan berpegang apa yang dipaparkan oleh Al Qur’an dan As Sunnah, dan menjelaskan kandungan maknanya yang menyelisihi semua hawa nafsu tersebut. Demikian juga bantahan terhadap pendapat-pendapat yang lemah akibat  kekeliruan para Ulama , dan menjelaskan kandungan Al Qur’an dan As Sunnah dalam bantahan tersebut. ” [2]

Ini adalah dasar pundasi yang agung yang diributkan oleh para da’I yang menyuarakan penyatuan ummat, dimana mereka meneriaki siapa saja yang mengangkat dasar pundasi yang agung ini, dan menamakan siapa saja yang menunaikan kewajiban ini sebagai da’I fitnah ! Ini suatu pijakan yang sangat mengkhawatirkan, dikarenakan kekeliruan dan sekian banyak bid’ah dilindungi untuk menampik terjadinya fitnah  menurut persangkaan mereka, dan perbuatan mereka ini lebih besar fitnah yang akan mereka datangkan dikarenakan memberikan perlindungan pada kebatilan dan memerangi setiap yang mengingkari kebatilan itu, bahkan apa yang mereka perbuat semakin menjadi-jadi tatkala mereka mendudukkan nash-nash syara’ tentang kaum khawarij bagi yang mengingkari kebatilan, dimana mereka berkata : Para khawarij  yang bertameng da’I, memerang kaum muslimin dan membiarkan penyembah berhala !

Hanya saja mereka yang memiliki mata  hati mengetahui dan menjangkau yang sebenarnya bahwa tuduhan itu adalah kedustaan belaka, dan sesungguhnya mereka meniti jalan yang sama dengan para pendahulu mereka dalam memfitnah kaum mu’minin berbeda dengan yang diperbuat kaum khawarij.

Berkata Ibnul qoyyim –rahimahullah – dalan Nadhzom Nuniyah beliau

 

 

و من العجائب أنهم قالوا لمن

                                          قـــد دان بالآثــــار و القــــــرآن

أنتم بذا مثل الخـــــــوارج إنــهم

أخذوا الظواهر ما اهتدوا لمعان

فانظر إلى ذا البهت هذا وصفهم

نسبـــــوا إليه شيعة الإيمـــــــان

Dan suatu yang sangat mengherankan bahwa mereka berucap bagi siapapun

Yang mengambil keyakinannya dari Atsar dan Al Qur’an

 

Kalian seperti ini layaknya khawarij yang tiada lain

Mereka hanya memahami dhohirnya tidak menjangkau maknanya

 

Perhatikanlah pada kedustaan ini, dalam menyifati mereka

Dan bagaimana mereka sandarkan para ahli Iman[3]

 

Demikianlah mereka dalam membantah kebenaran, dan menolaknya dengan menebar kerancuan, dan menyifatinya dengan sifat yang teramat buruk agar supaya kaum muslimin berpaling darinya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qoyyim : ” Dan betapa banyak kebenaran disanggah dengan menjelek-jelekkannya dan memakaikan kebenaran itu lafadz-yang buruk ” [4]

Dan sekiranya dasar pundasi ini ditinggalkan , kebatilan akan mengalahkan kebatilan, kesalahan akan mengungguli kebenaran, demikian juga penyimpangan terhadap jalan yang lurus, bid’ah terhadap sunnah, hasbunallah wa ni’wal wakiil.

Dan yang benar, bahwa para ahlil bid’ah  mereka inilah para khawarij, dikarenakan mereka meninggalkan syara’ yang diturunkan oleh Allah menuruti hawa nafsu mereka, berkata Abul Wafa’ ibnu ‘Aqil dalam Al funun 1 / 109 : ” Sebagaimana halnya dalam politik suatu kekuasaan pemberian amnesty bagi yang memberontak terhadap Negara dan melawan Sulthan  bukanlah hal yang terpuji, demikian juga bukan hal yang terpuji memberikan amnesty bagi yang melakukan bid’ah didalam agama, dikarenakan kerusakan yang timbul pada agama dan perbuatan bid’ah serupa dengan kerusakan yang terjadi pada suatu Negara dengan adanya pemberontakan pada penguasa dan melakukan kudeta, maka para Ahlil bid’ah tiada lain adalah khawarij terhadap syari’at agama “

 

Judul Asli : Zajr Al Mutahawin Bidhorurah Qaidah Al Ma’dzarah wat Ta’awun

Penulis : Hamd bin Ibrahim Al ‘Utsman

Muroja’ah : Al ‘Allamah Asy Syaikh Sholeh bin Fauzan Al Fauzan

Rekomendasi : Al ‘Allamah Asy Syaikh ‘Abdul Muhsin Al ‘Abbad

Penerbit : Maktabah Al Ghuraba’ Al Atsariyah

Cetakan Pertama 1419 H / 1999 M

Penerjemah : Abu Zakariya Al Atsary

 

 


[1]  Majmu’ Fatawa 19 / 123

[2]  Jami’ul Ulum wal Hikam hal. 85

[3]  Sebagaimana mereka  menghujat hamba-hamba Allah dengan penggunaan sifat ini, semoga Allah membinasakan nya beserta hizb/kelompok mereka yang telah menyifati para hamba Allah dengan sifat seperti ini, balasan yang setimpal, dan Allah sama sekali tidak mendhzolimi seorangpun, akankah seorang yang memiliki nalar yang sehat mau memikirkan ?!

[4]  Miftah Daarus Sa’adah 1 / 444

Tinggalkan komentar