Kautsar

إن كنت لا تعلم فتلك مصيبة وإن كنت تعلم فالمصيبة أعظم

Tafsir Sabar

Posted by Abahnya Kautsar pada 2 Januari 2012

Allah Subhanahu wa ta’ala befirman:

 وَ لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَ الْجُوْعِ وَ نَقْصٍ مِّنَ الْأَمَوَالِ وَ الْأنْفُسِ وَ الثَّمَرَاتِ وَ بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 155)

Ujian merupakan sunnatullah bagi hamba-hamba-Nya, menimpa manusia jahat, baik, dan semuanya.

Kalau seseorang tidak diuji Allah ta’ala dan terus berada dalam kesenangan maka ini merupakan fasad/kerusakan, dari sisi karena tercampur orang yang jujur dan tidak jujur dan berkumpulnya keduanya adalah fasad. Karena Allah berjanji akan memisahkan keduanya.

Di dalam menerima ujian/sunnatullah, manusia terbagi menjadi dua,

  1. Orang yang bersabar menerima ujian, dan
  2. Orang yang berkeluh kesah.

Orang yang berkeluh kesah maka dia ditimpa dua musibah, yaitu:

  1. Karena gelisah.
  2. Karena tidak bersabar.

Dua perkara kerugian/musibah yang didapati oleh orang yang tidak bersabar:

  1. Hilang dari dirinya apa yang dia cintai.
  2. Hilangnya al ajr/pahala yang besar dari yang dicintainya.

Berkata Asy Syaikh As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya:

Dan adapun orang yang diberi taufiq Allah untuk bersabar untuk adanya musibah-musibah ini, dia menahan dirinya untuk tidak murka/benci terhadap ketentuan Allah itu baik dengan ucapan atau perbuatan. Dan berharap pahalanya di sisi Allah dimana dia mengetahui bahwa apa yagn dia dapati pahalanya lebih besar dari musibah. Bahkan musibah saat itu menjadi kenikmatan yang jadi haknya, karena musibah menjadi jalan bagi apa yang lebih baik baginya.

  1. Karena telah melaksanakan ketentuan Allah ta’ala.
  2. Karena dia berhasil dengan pahala Allah.

Berkata Imam Al Qurthubi rahimahullah dalam tafsirnya:

Maka oleh karena itu Allah berfirman: “Maka berilah kabar gembira kepada mereka yang bersabar.”

Kesabaran bahwa mereka akan dipenuhi ganjaran tanpa ada ketentuan dari Allah (dirahasikan jumlahnya oleh Allah) kapan kesabaran akan bernilai lebih ketika orang ditimpa musibah?

Al Qurthubi menjelaskan tentang ayat ini:

“Tidak terjadi kabar gembira yang besar bagi orang bersabar itu kecuali dengan bersabar pada kejadian yang pertama.”

Sebagian hadits Al Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Yang namanya kesabaran pada babak/kejadian yang pertama.”

Dikeluarkan Imam Muslim lebih sempurna.

Bersabar dikhususkan ketika terjadi pertama kali, berkata Al Qurthubi rahimahullah,

“Sesungguhnya hanya kesabaran yang berat atas diri orang-orang yang besar pahalanya itu terjadi ketika terjadi musibah pertama kali dan panasnya musibah itu.”

Maka ketika dia bersabar maka itu menunjukkan kuatnya hati seseorang itu dan kokohnya dia dalam Ash Shabr/bersabar.”

Karena ketika dingin musibah itu setiap orang akan bisa bersabar. Kebaran itu ada 2:

  1. Sabar terhadap kemaksiatan kepada Allah ta’ala maka dia ini adalah Mujahid.
  2. Sabar di atas keataatan kepada Allah ta’ala maka dia adalah Ahli ibadah/abid.

Dari Sahl bin Abdillah Al Kastury rahimahullah,

“Kalau dia bersabar dari bermaksiat kepada Allah dan dengan ketaatan kepada Allah ta’ala akan mewariskan kepadanya keridhaan dengan ketentuan-ketentuan Allah ta’ala terhadap keputusan Allah. Dan tanda/wujud keridhaan itu adalah tentramnya hati terhadap apa yang terjadi pada diri kita perkara-perkara yang kita tidak suka dan juga diberikan kita perkara-perkara yang disukainya.”

Kesimpulan:

Bila sunnatullah ke muka bumi, maka mesti ada yang berhasil dan gugur.

Bila orang yang gugu itu akan ditimpa 2 musibah:

  1. Hilang apa-apa yang dicintainya.
  2. Luput padanya pahala orang yang bersabar.

Adapun orang yang bersabar ada 2 kebahagiaan:

  1. Dia mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subahanahu wa ta’ala.
  2. Dia bisa melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala.

Wallahu A’lam bish shawwab.

[transkrip dari catatan dan rekaman ta’lim Tafsir Taisirul Karimir Rahman yang disampaikan oleh Al Ustadz Abu Usamah Abdurrahman Lombok di Ma’had Minhajus Sunnah Muntilan]

Tinggalkan komentar