Allah Mencintai Perjumpaan Dengan Hamba Yang Mencintai Perjumpaan Dengan-Nya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :

من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه

“ Siapa yang mencintai perjumpaan dengan Allah , Allah mencintai perjumpaan dengannya “[1]

Cinta perjumpaan dengan Allah : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  menafsirkan seseorang yang mencintai perjumpaan dengan Allah maka Allah mencintai perjumpaan dengannya, ketika beliau ditanya oleh Aisyah Radhiallahu ‘anha, beliau berkata :

يا نبي الله أكراهية الموت فكلنا نكره الموت, فقال : ليس ذلك, ولكن المؤمن إذا حضره الموت بشر برضوان الله و كرامته, فليس شيء أحب إليه مما أمامه , فأحب لقاء الله و أحب الله لقاءه .

“Wahai Nabi Allah, kematian adalah suatu yang terbenci. Setiap dari kami membenci kematian. Maka beliau bersabda : “ Bukan seperti itu, akan tetapi apabila seorang mukmin telah tiba ajalnya dia akan diberi kabar gembira atas keridhaan Allah dan pemuliaan-Nya, maka tidak ada satupun yang lebih dia cintai  selain yang ada dihadapannya, lalu dia mencintai perjumpaan dengan Allah dan Allah mencintai perjumpaan dengannya “[2].

Syuraih bin Hani pernah mengunjungi Aisyah radhiallahu ‘anha, lalu dia berkata :

يا أم المؤمنين! سمعت أبا هريرة يذكر عن رسول الله  حديثا إن كان كذلك فقد هلكنا, فقالت : إن الهالك من هلك بقول رسول الله وما ذاك؟ قال: قال رسول الله : من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه, و من كره لقاء الله كره الله لقاءه. و ليس منا أحد إلا وهو يكره الموت . فقالت قد قاله رسول الله و ليس بالذي تذهب إليه, ولكن إذا شخص البصر, وحشرج الصدر,واقشعر الجلد, و تشنجت الأصابع فعند ذلك من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه.

“Wahai Ummul mukminin, saya telah mendengar  Abu Hurairah menyebutkan sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang mana jika demikian adanya hadits tersebut, maka celakalah kami. Aisyah bertanya : Sesungguhnya seorang yang celaka adalah yang celaka menurut sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  , lalu hadits apakah itu ?. Beliau berkata : Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda : Barang siapa yang mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah akan mencintai perjumpaan dengannnya. Dan barang siapa yang membenci perjumpaan dengan Allah, Allah membenci perjumpaan dengannya “. Dan tidak seorangpun diantara kami kecuali dia membenci kematian. Lalu berkata Aisyah : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  sungguh telah mengatakan hal itu, namun tidak sebagaimana yang engkau pahami, akan tetapi  -maksudnya – apabila mereka telah binasa. Akan tetapi apabila mata seseorang melihat, dada berdegub kencang, kulit telah terkelupas dan jari jemari merapat, maka ketika itulah, siapa saja yang mencintai perjumpaan dengan Allah, maka Allah akan mencintai perjumpaan-Nya dengannya  “[3]

Perjumpaan dengan Allah, dipergunakan dalam beberapa tinjauan makna : Diantaranya bermakna melihat dengan mata penglihatan, dan juga bermakna hari kebangkitan, seperti didalam firman Allah ta’ala :

“ Dan mereka orang-orang yang mendustakan perjumpaan dengan Allah – yakni hari kebangkitan “[4]

Diantaranya bermakna kematian, sebagaimana didalam firman Allah ta’ala :

“ Barang siapa yang menghendaki perjumpaan dengan Allah, maka sesungguhnya ajal / kematian yang Allah tetapkan pasti akan tiba “[5]

Dan firman Allah ta’ala :

“ Katakanlah – Muhammad – bahwa sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya, maka sesungguhnya akan menjumpai kalian “[6].

Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan perjumpaan dengan Allah disini adalah penitian menuju kampung akhirat dan pengharapan sesuatu yang ada disisi Allah, dan bukanlah maksud perjumpaan disini bermakna kematian, dikarenakan masing-masing dari keduanya perkara yang dibencinya. Barang siapa yang meninggalkan dunia dan membenci kehidupan dunia, maka tidak  akan menyenangi untuk hidup selamanya didunia melainkan dia akan mempersiapkan bekal untuk perjalanan jauh meninggalkan dunia, meraih kecintaannya berjumpa dengan Allah.[7]

Sedangkan kebencian yang dimaksud disini adalah disaat meregang nyawa pada sakratul maut, sementara taubatnya tidak diterima , dan tidak pula amal selainnya. Ketika itulah, kabar gembira ba mereka dan bagi setiap manusia yang meniti kembali kepada-Nya dan kepada kepada segala yang telah disiapkan baginya, dan kesemuanya itu ditampakkan baginya. Maka golongan yang mendapatkan kebahagiaan, mereka adalah orang-orang yang mencintai kematian dan perjumpaan dengan Allah, agar mereka beralih kepada segala yang Allah janjikan bagi mereka. Dan Allah juga mencintai perjumpaan-Nya dengan mereka, dan memberikan bagi mereka balasan berupa anugerah dan kemuliaan dari-Nya[8].

---

[1]  Diriwayatkan oleh al-Bukhari didalam Kitab ar-Riqaaq, bab. Man Ahabba Liqaa-llahi Ahabballahu liqaa-ahu.

[2]  Diriwayatkan oleh al-Bukhari didalam Kitab ar-Riqaaq, bab. Man Ahabba Liqaa-allahi Ahabballahu liqaa-ahu.

[3]  Diriwayatkan oleh Muslim didalam Kitab adz-Dzikr, bab. Man Ahabba Liqaa-allahi Ahabballahu liqaa-ahu.

[4]  Surah Yunus : 45

[5]  Surah al-Ankabut : 5

[6]  Surah al-Jumu’ah : 8

[7]  Al-‘Asqalaani : Fathul Baari 11 / 359 – 360

[8]  An-Nawawi : Syarh Shahih Muslim 17 /10