Kautsar

إن كنت لا تعلم فتلك مصيبة وإن كنت تعلم فالمصيبة أعظم

Kitab Al-Adab : Adab-adab Berdo’a (3)

Posted by Abahnya Kautsar pada 20 November 2008

22. Beberapa tempat dan keadaan dimana doa akan terkabul

a. Doa disepertiga malam akhir.

Beberapa hadits-shahih yang masyhur menunjukkan hal tersebut, diantaranya hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Rabb kita tabaraka wata’ala setiap malam turun ke langit dunia hingga sepertiga malam akhir. Allah berfirman: barang siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkannya dan barang siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberinya dan barang siapa yang memohon mapunan kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuninya “[1]

b. Disaat sujud

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Tempat yang paling dekatnya seorang hamba kepada Rabbnya adalah disaat dia sujud, maka perbanyaklah doa. “[2]

Kemungkinan hikmah dekatnya seorang hamba kepada Rabbnya disaat sujud, dengan mengatakan: bahwa posisi sewaktu sujud merupakan perspektif ubudiyah, ketundukan, penghinan diri dan kebutuhan kepada Allah yang tidak didapati apda posisi dna keadaan-keaaan lainnya. Dan seseorang yang sedang melakkan sujud akan meletakkan keningnya diatas tanah diatas tempat kaki berpijak – dan dia tidak memperdulikan hal itu -. Dan dia dalam keadaan yang rendah itu mengkuduskan Dzat yang berada di ketinggian, seraya mengatakan : ( Maha suci Rabb-ku Yang Maha tinggi ). Hal itu sesuai dengan kehinaan, pengharapan dan ubudiyah, dimana yang melakukan sujud berdoa amatlah dekat kepada Rabbnya, yang akan mengabulkan doanya. Wallahu a’lam

c. Antara adzan dan iqamah

Telah shahih diriwayatkan dari hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa beliau bersabda : “ Tidaklah doa antara adzan dan iqamah akan tertolak “[3]

d. Pada waktu yang mustajabah dihari jum’at

Disebutkan didalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan perihal hari jum’at, lalu beliau ebrsabda : “ Pada ahri jum’at terdapat waktu dimana seorang hamba muslim yang tengah melakukan shalat menyepakati wkatu tersebut, lalu memohon kepada Allah ta’ala sesuatu kecuali Allah akan memberikan permintaannya tersebut baginya. Dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya, bahwa waktu tersebut sangat penda jeda waktunya. “[4]

Faedah : Ulama berbeda pendapat mengenai waktu mustajabah pada hari jum’at ini, dalam banyak pendapat. Al-Hafizh hingga mencapai empat puluh dua pendapat. Dan pendapat yang paling tepat dari sekian pendpat tersebut adalah dua pendapat:

Pertama: Waktu mustajabah tersebut antara duduknya imam hingga imam mengerjakan shalat. Berdasarkan hadits Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu . Diriwayatkan dari Abu Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu beliau berkata: Abdullah bin Umar berkata kepadaku: Apakah engkau mendengar bapakmu menceritakan sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari jum’at. Beliau berkata : Saya berkata : Benar, saya mendengar beliau mengatakan : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Waktu mustajabah antara duduknya imam hingga mengerjakan shalat “[5]

Kedua : Waktu mustajabah adalah akhir waktu hari jum’at. Diriwayatkan dari Jbair bin Abdullah radhiallahu ‘anhu , dari rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “ Hari jum’at selama dua bels – yang beliau maksud adalah jam – tidaklah seorang muslim memohon kepada Allah ‘aza wajalla kecuali Allah ‘azza wajalla akan mendatanginya, maka perhatikanlah waktu mustajabah tersebut pada akhir waktu setelah waktu Ashar “[6]

Untuk menyelaraskan kedua hadits tersebut adalah dengan mengatakan sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim : “ … Keduanya adalah wkatu mustajabah. Walapun waktu yang khusus adalah akhir waktu setelah wkatu ashar. Inilah waktu yang tetentu dari ahri jum’at yang tidak dimajukan dan tidak diakhirkan. Adapun waktu shalat, maka mengikuti shalat, maju atau mundurnya. Karena berkumpulnya kaum msulimin, shalat, ketundukan , dan doa mereka sepenuh hati kepada Allah ta’ala akan memberi pengaruh pada terkabulnya doa. Dan waktu mereka berkumpul adalah waktu yang diharapkan doa terkabulkan. Dengan penggabungan ini maka semua hadits tersebut dapat bersesuaian. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menganjurkan kepada umat beliau untuk berdoa dan memohon sepenuh hati kepada Allah ta’ala pada kedua waktu tersebut[7].”

Ibnu Hajar mengatakan : “ Hal ini sebagaimana pendapat Ibnu Abdil Barr : Yang sepantasnya seseorang bersungguh-sungguh berdoa adalah pada kedua wkatu tersebut. Dan sebelumnya pendapat ini juga diutarakan oleh Imam Ahmad. Pendapat inilah yang lebih utama dalam menyelaraskan hadits-hadits tersebut. Ibnu Al-Muniir mengatakan : Dengan begitu dapatlah diketahui bahwa faedah penyamaran waktu ini dan juga malam lailatul qadar agar seseorang yang berdoa tergerak untuk memperbanyak shalat dan doa. Seandainya diterangkan waktunya maka kaum msulimin akan cenderung apatis dengan hal itu dan meninggalkan selainnya. Maka sangatlah mengherankan setelah keterangan itu, orang-orang yang berupaya menentukan waktu mustajabah tersebut “[8]

e. Doa orang yang berpuasa ketika berbuka

Seorang yang berpuasa memilki doa yang tidak akan tertolak. Telah shahih diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu , beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Ada tiga golongan yang tidak akan tertolak doa mereka: Seseorang yang berpuasa hingga dia berbuka … al-hadits “[9]

f. Doa seseorang yang teraniaya, seorang musafir dan doa kedua orang tua kepada anaknya

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu , beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal – ketika mengutusnya ke Yaman – : “ Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum Ahli Kitab, apabila engkau mendatangi mereka, maka ajaklah mereka untuk mengucapkan syahadat Laa Ilaha Ilallahu wa Anna Muhammadan Rasulullah “ … dan pada akhir hadits disebutkan: “ Dan hati-hatilah dengan doa seorang yang teraniaya, karena antara dia dan Allah tidak ada hijab/penghalang “[10]

Perhatian: Seharusnya seorang musafir memanfaatkan sebaik-baiknya doa dia disaat safar. Tidak melalaikannya. Dan terkadang suatu doa akan menghasilkan kebaikan didunia dan keberuntungan diakhirat.

Dan seorang yang berlaku zhalim dan sewenang-wenang seharusnya berhati-hati terkena doa seseorang yang teraniaya yang keluar dari hati yang pedih, karena doanya tidak ada penghalang antara dia dan Allah. Dan alangkah cepat doanya terkabulkan.

Dan kedua orang tua seharusnya berhati-hati mendoakan keburukan kepada anak-anak mereka, karena doa orang tua doa yang mustajab. Terkadang suatu kalimat terucapkan dan dikabulkan kemudian membawa penyesalan pada hati seorang orangtua.

g. Doa ketika bertempur didalam peperangan dan ketika adzan

Hal itu telah shahih diriwayatkan didalam hadits Abu Hazim dari Sahl bin Sa’ad, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Dua kelompok yang doanya tidak kan tertolak dan jarang tertolak : doa ketika mendengar adzan dan ketika peperangan sewaktu sebagian saling menyerang sebagian lainnya “[11]

h. Doa Dzun-Nuun disaat kesempitan

Sa’ad bin Abu Waqqash radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Doa Dzun Nuun ketika dia berdoa didalam perut ikan : Laa Ilaha illa anta, subhanaka, inni kuntu min azh-zhalimiin – Tiada Ilah selain Engkau, Maha sucilah Engkau, sesunggunya aku termasuk orang-orang yang zhalim -. Sesungguhnya tidaklah seorang hamba muslim berdoa dengan doa ini pada sesuatu kecuali Allah akan mengabulkannya “[12]

i. Doa disaat turun hujan

Disebutkan didalam sebuah hadits : “ ucapkanlah doa ketika pasukan tempur telah bertemu, ketika iqamah shalat dan ketika turun hujan “[13]

23. Beberapa tempat yang diharapkan doa terkabulkan diantaranya:

a. Doa disaat sore hari Arafah bagi yang melaksanakan wukuf. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mensunnahkan bagi yang wukuf pada hari Aafah untuk menjama’ taqdim shalat Zuhur dan ashar, dengan tujuan agar yang melakukan haji mendapatkan kelapangan untuk bermunajat dan berdoa kepada Rabb-nya. Demikian inilah yang telah dilakukan oleh Nbai Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dimana beliau setelah menyelesaikan shalat beliau beliau bergegas menuju tempat wukuf yang berada dibagia bawah bukit, kemudian beliau wukuf diatas tunggangan beliau berdoa kepada Rabb beliau hingga matahari terbenam.[14]

Inilah adalah tempat yang Allah ‘azza wajalla cintai, dan para malaikat berkumpul. Hari dimana sangat banyak pembebasan dari api neraka.

Dari Aisyah ummul Mukminin radhiaallahu ‘anha dan dari bapak beliau, Aisyah berkata: Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba dari api neraka dari pada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah akan mendekat kemudia para malaikat akan berkumpul, lalu Allah berfirman : Apakah yang mereka kehendaki “[15]

b. Doa diantara Shafa danMarwah

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendekati Shafa – disaat haji al-wada’ – beliau membaca firman Allah :

“ Sesungguhnya shafa dan marwah temasuk diantara syiar-syiar Allah “, Mulailah engkau dengan yang Allah mulai. Kemudian beliau memulai dari shafa dan belaiu mendaki keatasnya, hingga beliau menlihat Baitullah kemudian beliau menghadap kearah kiblat, dan beliau mentauhidkan Allah dan bertakbir kepada-Nya, dna mengucapkan : “ Laa Ilaha Illallahu wahdahu, anjaza wa’dahu, wa nashara ‘abdahu, wa hazama al-ahzaab wahdahu, – tiada Ilah selain Allah semata, Dialah yang menunaikan segala janji-Nya, yang menolong hamba-Nya dan menghancurkan para sekutu musyrikin sendiri -. Kemudian beliau berdoa diantara itu. Beliau mengucapkan semisal dengan doa tersebut sebanyak tiga kali. Kemudian beliau turun menuju marwah … hingga beliau tiba dimarwah, beliau melakukan hal yang sama yang beliau lakukan diatas Shafa. “[16]

c. Doa setelah melontar al-jumrah ash-shugra dan al-wustha bagi para haji

Salim bin Abdullah meriwayatkan bahwa Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma melontar jumrah kecil sebanyak tujuh lemparan kerikil kecil, kemudian beliau bertakbir disetiap kali melempar sebuah kerikl. Kemudian beliau maju kedepan menuju ketempat yang datar dan menghadap kearah kiblat sambil berdiri dnegna sangat lamanya berdoa dan mengangkat kedua tangannya.

Kemudian beliau melontar jumrah wustha demikian juga, beliau menuju kebagian kiri dan mencari tanah yang datar kemudian berdiri menghadap kearah kiblat dengan sangat lama, berdoa dan mengangkat kedua tnagannya. Lalu beliau melontar jumrah ‘aqabah dari tengah al-wadi dan tidak berhenti ditempat tersebut. Kemudian beliau mengatakan: Demikian ini yang telah saya lihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya “[17]

Terjemahan dari “Kitab Al-Adab” karya Asy Syaikh Fuad bin Abdil Aziz Asy Syalhuub. oleh Abu Zakariya Al Atsary.


[1] HR. Al-Bukhari ( 1145 ) dan lafazh diatas adalah alfazh riwayat beliau, Muslim ( 758 ), Ahmad ( 7576 ), At-Tirmidzi ( 446 ), Abu Daud ( 1315 ), Ibnu Majah ( 1366 ),Ad-Darimi ( 1478 ) dan Malik ( 496 )

[2] HR. Muslim ( 482 ), Ahmad ( 9165 ), An-Nasaa`I ( 1137 ) dan Abu Daud ( 875 )

[3] HR. At-tirmidzi ( 212 ), dan beliau berkata : Hadist hasan shahih, Ahmad ( 11790 ), Abu Daud ( 521 ) dan Al-Albani menshahihkannya.

[4] HR. Al-Bukhari ( 935 ), Muslim ( 852 ), Ahmad ( 7111 ), An-Nasa`I ( 1431 ), Abu Daud ( 1046 ), At-Tirmidzi ( 491 ), dan beliau berkata : Hadist hasan shahih, Ibnu Majah ( 1137 ) dan Malik ( 242 )

[5] HR. Muslim ( 853 ) dan Abu Daud ( 1049 )

[6] Ibnu Hajar mengatakan : Diriwayatkan oleh Abu Daud ( 1048 ), An-Nasaa`I ( 1389 ) dan Al-Hakim dengan sanad yang hasan dari Abu Salamah dari Jabir secara marfu’. Hadist tersebut dishahihkan oleh Al-Albani didalam Shahih Abu Daud.

[7] Zaad Al-Ma’ad ( 1 / 394 )

[8] Fathul Baari ( 2 / 489 )

[9] HR. At-Tirmidzi ( 3598 ), dan beliau berkata : Hadist hasan, Ibnu Majah ( 1752 ) dan Al-Albani menshahihkannya no. ( 1432 dan 1779 )

[10] HR. Al-Bukhari ( 1496 ), Muslim ( 19 ), Al-Albani menghasankannya, At-Tirmidzi ( 1905 ), Ibnu Majah ( 3862 )

[11] HR. Abu Daud ( 2540 0 dengan tmabahan : … dari Sahl bin Sa’ad dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “ Dandiwaktu turun hujan “ Al-Albani mengatakan: Shahih selain tambahan : ( pada waktu turun hujan ), dmeikan juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi ( 1200 )

[12] HR. At-Tirmidzi ( 3505 ), Ahmad ( 1465 ), berkata pentahqiq Al-Musnad : Sanadnya hasan ( lihat Ahmad 3 / 66 ) cet. Mu`assasah Ar-Risalah

[13] HR. Asy-Syafi’I didalam Al-umm ( 1 / 223- 224). Al-Albani mengatakan : sanadnya dha’if … akan tetapi hadits tersebut mempunyai beberapa syahid yang menguatkannya, walau riwayat hadits ini secara bersendiri riwayat yang dha’if hanya saja jika disertakan dengan mursal Sahl bin Sa’ad dan Ibnu Umar, maka akan menguatkannya. Dan akan terangkat kederajat hasan insya Allah “ ( Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah 1469 )

[14] Lihat Shahih Muslim ( 1218 )

[15] HR. Muslim ( 1348 ), An-Nasaa`I ( 300 ) dan Ibnu Majah ( 3014 )

[16] HR. Muslim dari hadits Jabir ( 1218 )

[17] HR. Al-Bukhari ( 1753 ) dan lafazh diaas adalah lafazh riwayat beliau, Ahmad ( 6368 ), An-Nasaa`I ( 3083 ), Ibnu Majah ( 3032 ) dan Ad-Darimi ( 1903 )

Tinggalkan komentar